Sabtu, 21 Mei 2016

Memberi iming-iming hadiah untuk menarik perhatian peseta didik, perlu kah?


Di dunia pendidikan, baik formal atau pun non-formal terkadang seberapa tertarik peserta didik dengan pengajarnya menjadi indikator seberapa bagus tenaga pengajar tersebut mengajar. Pengajar yang mampu menarik perhatian dianggap sebagai pengajar yang memiliki karisma yang akan berdampak positif terhadap konsentrasi peserta didik dalam memahami pelajaran. Tak dapat dipungkiri memang, andaikan kita adalah seorang guru yang tengah berdiri di depan kelas, perhatian murid-murid menjadi indikator penting dalam penyampaian materi. Bila jiwa para murid belum terfokus sepenuhnya dalam ruang belajar, apa yang kita sampaikan di depan kelas tak semuanya dapat mereka pahami, apalagi diingat.

Untuk mencapai kesuksesan indikator ini terkadang seorang tenaga pengajar memberikan iming-iming balasan atau pun hadiah. Balasan ini bisa berupa hadiah dalam bentuk fisik seperti permen, atau non fisik seperti tambahan nilai di rapor. Menurut pengalaman penulis, memberikan hadiah sangat besar dampaknya dalam menarik perhatian siswa dalam belajar. Terlebih lagi bila hadiah yang diberikan berupa tambahan nilai di mata pelajaran tertentu, tak jarang siswa-siswa yang biasanya malas menjadi tertarik dengan pelajaran tersebut.

Namun kembali ke judul tulisan ini lagi, memberi iming-iming hadiah untuk menarik perhatian peseta didik, perlu kah?

Memang tidak ada salahnya memberikah hadiah atas usaha yang telah para siswa berikan. Namun, ada sedikit kelemahan bila memberi iming-iming hadiah ini sebelum para siswa berusaha terlebih dahulu memahami atau pun mengerjakan pelajaran yang tengah mereka pelajari. Secara tidak langsung kita sebagai tenaga pendidik mengajarkan mereka sifat pamrih dengan artian akan mengerjakan sesuatu bila ada balasannya. Tentu ini bukanlah sifat yang baik ditanamkan pada generasi-generasi penerus bangsa. Lalu bagaimakah solusinya? Atau apa alternatif lain untu menarik perhatian murid pada suatu pelajaran tertentu? Disinilah dibutuhkannya kreatifitas tenaga pengajar.

Kreatif yang penulis maksut disini bukan berarti bagaimana seorang pengejar mengejar seperti yang dilakonkan Amir Khan dalam filmnya yang fenomenal, 3 Idiot, dimana setiap ilmu yang didapatkan diterapkan pada sebuah praktek percobaan. Kreatif disini juga bukan berarti bagaimana seorang pengajar mengajar sambil bermain, menyelaraskan bakat para murid dengan cara belajarnya (misalkan anak yang hobi musi diajarkan pelajaran matematika sambil bermain musik). Tentu bila kita artikan kata kreatif dalam tulisan ini dengan artian tersebut akan susah bagi guru-guru di Indonesia yang notaben belum terlatih untuk menjadi seorang guru yang kreatif. Namun bila ada guru yang mampu seperti ini justru patut kita berikan apresiasi sebesar-besarnya. Lalu apa yang penulis maksut tentang kreatif disini? Yaitu bagaimana seorang tenaga pendidik memberikan sedikit tambahan hal yang berbeda dalam setiap mengajar. Contoh kasusnya seperti ini. Biasanya ada tenaga pendidik yang terfokus mengajar di depan kelas saja dan bila membuka forum diskusi, diskusi hanya terfokus di anak-anak yang duduk di barisan depan. Jadi untuk kasus ini alangkah lebih baik bila tenaga pengajar tersebut menciptakan hal baru saat ia mengajar seperti saat mengajar tidak hanya di depan kelas, namun sesekali berjalan ke barisan depan. Dan saat membuka forum diskusi, cobalah memberi perhatian lebih pada anak-anak yang duduk di barisan belakang. Diharapkan dengan sedikit tambahan hal yang berbeda atau dalam artian lain memberikan hal-hal baru dalam setiap kegiatan belajar dan mengajar, seorang tenaga pendidik dapat menarik perhatian murid-muridnya tanpa harus memberikan iming-iming hadiah yang justru mengajarkan murid sifat pamrih.

Semoga tulisan ini bermanfaat
Salam pendidikan

=========================
Blog: bmtdipb.blogspot.com
Facebook: Bidikmisi Turun Desa IPB
Twitter: @bmtd_ipb
Instagram: bmtd_ipb
Google+: @bmtd_ipb
Line@: @hcg2964d

0 komentar:

Posting Komentar